Sabtu, 24 November 2012


Indonesia Primadona Investasi

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Indonesia menjadi primadona investasi di kawasan Asia Tenggara. Di mata para investor, Indonesia dengan segala kekurangannya yang ada masih tetap dinilai paling menarik untuk investasi dibandingkan dengan sembilan negara anggota ASEAN lainnya.

Wartawan Kompas FX Laksana Agung Saputra melaporkan dari Phnom Penh, Kamboja, hasil survei daya saing ASEAN yang dilakukan Lee Kuan Yew School of Public Policy dan National University of Singapore selama 2011-2012 menyebutkan bahwa Indonesia paling diminati investor.

Namun, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dibenahi berkaitan dengan buruknya iklim investasi akibat tingkat korupsi tinggi, infrastruktur minim, dan kepastian hukum rendah.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, di Phnom Penh, Senin (19/11/2012), menyatakan, hasil survei disampaikan Dewan Penasehat Bisnis ASEAN (ABAC) pada pertemuan dengan para pemimpin ASEAN pada rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Ke-21, Minggu (18/11/2012).

Hasil survei itu, menurut Gita, mendapatkan tanggapan positif dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal itu sekaligus mengonfirmasi data tingginya pertumbuhan investasi di Indonesia selama tahun 2012.

Nilai investasi menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal mulai triwulan I-2012 sampai triwulan III-2012 berturut-turut Rp 71,2 triliun, Rp 76,9 triliun, dan Rp 81,8 triliun. Secara akumulatif, realisasi investasi mencapai Rp 229,9 triliun atau 81,09 persen dari target.

Survei daya saing ASEAN atas sponsor ABAC dilakukan September 2011-Maret 2012. Sebanyak 405 responden dari beragam pelaku usaha di 10 negara ASEAN terlibat. Profil usahanya meliputi sektor jasa (45 persen), manufaktur (35 persen), dan lain-lain (18 persen) seperti pertanian serta pertambangan.

Skala usahanya mulai usaha kecil (40 persen), usaha menengah (24 persen), sampai usaha besar (36 persen). Dari kelompok usaha skala besar, 16 persen di antaranya perusahaan multinasional level Asia dan 14 persen multinasional level global.

Dari skala daya tarik investasi 0-10, Indonesia mendapatkan nilai 6,89 atau tertinggi dibandingkan dengan sembilan negara ASEAN lainnya. Setelah Indonesia, menyusul Vietnam, Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Namun, Indonesia masih bermasalah dengan iklim investasi. Penyebabnya adalah korupsi tinggi, infrastruktur minim, dan kepastian hukum lemah.

Analisis :

Indonesia menjadi primadona investasi dan menduduki peringkat teratas diantara negara-negara lainnya tentulah merupakan hal yang positif tidak hanya untuk di pertahankan tapi terus di tingkatkan, untuk meningkatkannya tentulah hal-hal yang menjadi ganjalan para investor untuk lebih beramai ramai menanamkan modalnya seperti kasus korupsi yang tinggi itu harus di berantas dengan sungguh-sungguh, contohlah negara-negara yang tingkat korupsinya rendah, kenapa kita tidak menerapkan hal positif ke negara kita itu tentu menjadi satu hal yang menjadi pertanyaan, apalagi negara ini adalah negara hukum bukan negara politik. Hal-hal semacam korupsi dan lain sebagainya harus di proses dengan adil, dan ifrastruktur yang lemah merupakan kerugian yang harus di benahi, ini merupakan modal kita untuk para investor mau menanaman investasi di negara ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar