Indonesia
Primadona Investasi
PHNOM PENH, KOMPAS.com - Indonesia menjadi
primadona investasi di kawasan Asia Tenggara. Di mata para investor, Indonesia
dengan segala kekurangannya yang ada masih tetap dinilai paling menarik untuk
investasi dibandingkan dengan sembilan negara anggota ASEAN lainnya.
Wartawan
Kompas FX Laksana Agung
Saputra melaporkan dari Phnom
Penh, Kamboja, hasil survei daya saing ASEAN yang dilakukan Lee Kuan Yew School
of Public Policy dan National University of Singapore selama 2011-2012
menyebutkan bahwa Indonesia paling diminati investor.
Namun,
Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dibenahi berkaitan dengan
buruknya iklim investasi akibat tingkat korupsi tinggi, infrastruktur minim,
dan kepastian hukum rendah.
Menteri
Perdagangan Gita Wirjawan, di Phnom Penh, Senin (19/11/2012), menyatakan, hasil
survei disampaikan Dewan Penasehat Bisnis ASEAN (ABAC) pada pertemuan dengan
para pemimpin ASEAN pada rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN Ke-21,
Minggu (18/11/2012).
Hasil
survei itu, menurut Gita, mendapatkan tanggapan positif dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Hal itu sekaligus mengonfirmasi data tingginya pertumbuhan
investasi di Indonesia selama tahun 2012.
Nilai
investasi menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal mulai triwulan I-2012 sampai
triwulan III-2012 berturut-turut Rp 71,2 triliun, Rp 76,9 triliun, dan Rp 81,8
triliun. Secara akumulatif, realisasi investasi mencapai Rp 229,9 triliun atau
81,09 persen dari target.
Survei
daya saing ASEAN atas sponsor ABAC dilakukan September 2011-Maret 2012.
Sebanyak 405 responden dari beragam pelaku usaha di 10 negara ASEAN terlibat.
Profil usahanya meliputi sektor jasa (45 persen), manufaktur (35 persen), dan
lain-lain (18 persen) seperti pertanian serta pertambangan.
Skala
usahanya mulai usaha kecil (40 persen), usaha menengah (24 persen), sampai
usaha besar (36 persen). Dari kelompok usaha skala besar, 16 persen di
antaranya perusahaan multinasional level Asia dan 14 persen multinasional level
global.
Dari
skala daya tarik investasi 0-10, Indonesia mendapatkan nilai 6,89 atau
tertinggi dibandingkan dengan sembilan negara ASEAN lainnya. Setelah Indonesia,
menyusul Vietnam, Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Namun,
Indonesia masih bermasalah dengan iklim investasi. Penyebabnya adalah korupsi
tinggi, infrastruktur minim, dan kepastian hukum lemah.
Analisis
:
Indonesia
menjadi primadona investasi dan menduduki peringkat teratas diantara
negara-negara lainnya tentulah merupakan hal yang positif tidak hanya untuk di
pertahankan tapi terus di tingkatkan, untuk meningkatkannya tentulah hal-hal
yang menjadi ganjalan para investor untuk lebih beramai ramai menanamkan
modalnya seperti kasus korupsi yang tinggi itu harus di berantas dengan
sungguh-sungguh, contohlah negara-negara yang tingkat korupsinya rendah, kenapa
kita tidak menerapkan hal positif ke negara kita itu tentu menjadi satu hal
yang menjadi pertanyaan, apalagi negara ini adalah negara hukum bukan negara
politik. Hal-hal semacam korupsi dan lain sebagainya harus di proses dengan
adil, dan ifrastruktur yang lemah merupakan kerugian yang harus di benahi, ini
merupakan modal kita untuk para investor mau menanaman investasi di negara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar